Perjalanan Tak Berujung
Sastra adalah jendela yang menghubungkan kita dengan dunia yang lebih luas, serta tempat di mana imajinasi dan realita saling bertaut. Sastra merupakan karya yang unik dan tergantung cara pandangnya masing-masing. Bagi saya menulis sastra bukan hanya sekadar menyusun kata-kata, tetapi juga sebuah pengalaman mendalam yang biasanya melibatkan perasaan jiwa dan emosi.
Awal mula: Pengalaman menulis
Pengalaman pertama saya dalam menulis sastra dimulai pada masa remaja ketika menduduki bangku SMA kelas XI ada seorang guru mata pelajaran wajib kami sebagai anak Bahasa yaitu Bahasa dan Sastra Indonesia. Saya sangat ingat bahwa ibu Yeni lah yang meminta kami untuk menulis sebuah puisi. Saat itu, saya merasa asing dan tidak mengerti. Di tengah kebisingan kehidupan sehari-hari, saya menemukan ketenangan dalam menulis puisi. Setiap bait yang saya tulis adalah cerminan dari perasaan dan pikiran yang sulit saya ungkapkan secara langsung. Saya ingat sekali puisi pertama kali yang saya tulis adalah tentang seseorang. Dalam puisi itu saya menulis bagaimana perasaan saya. Hanya Tuhan, guru, dan juga saya yang tau isi puisi yang saya tulis itu.
Interaksi dengan karya sastra: Inspirasi dari salah satu penulis besar
Ketertarikan saya pada sastra dimulai sejak saya duduk di bangku SMP, ketika seorang teman dekat memperkenalkan saya pada novel "Bumi Manusia" karya Pramoedya Ananta Toer. Novel ini bukan novel asing dan cukup banyak yang mengetahui nya. Novel ini tidak hanya menyenangkan untuk dibaca, tetapi juga menghibur, membawa saya ke dalam dunia yang penuh dengan konflik sosial dan sejarah Indonesia. Melalui karakter Minke, saya merasakan perjuangan melawan ketidakadilan dan penindasan. Novel ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memicu semangat untuk menulis cerita-cerita yang mengangkat suara-suara yang terpinggirkan. Dari situ, saya belajar bahwa sastra dapat menjadi alat untuk menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan keadilan. Saya sangat terpesona oleh cara penulis menggabungkan elemen-elemen sejarah dengan narasi yang mendalam, sehingga membuat saya tertarik membaca karya tersebut.
Dulu saya menganggap membaca novel itu adalah kegiatan yang sangat membosankan, karena novel adalah buku tebal tanpa gambar dan menurut saya itu pasti sangat membosankan untuk dibaca. Namun pendapat saya ternyata salah, pemikiran saya berubah setelah saya membacanya. Saat dibangku SMP saya sering meminjam buku novel di perpustakaan sebagai bahan bacaan untuk mengisi waktu akhir pekan saya.
Selain itu, saya juga membaca novel melalui aplikasi Wattpad, yang menyediakan beragam cerita dari berbagai penulis. Platform ini memungkinkan saya untuk menjelajahi berbagai genre dan gaya penulisan, memperkaya pengalaman membaca saya. Dan sampai sekarang saya lebih sering membaca novel di aplikasi daripada buku. Demikian, interaksi saya dengan karya sastra, baik melalui novel klasik maupun modern.
Proses kreatif: Mengolah ide menjadi karya
Menulis sastra adalah sebuah proses kreatif yang penuh tantangan. Terkadang, inspirasi datang begitu saja, seperti kilatan petir di malam hari; namun di lain waktu, ide-ide terasa tersembunyi di balik kabut tebal. Itulah hal yang sering saya alami, salah satu cara untuk mengatasi kebuntuan adalah dengan menjelajahi berbagai bentuk ekspresi seni seperti lukisan, novel, atau musik sehingga dapat memicu imajinasi.
Penutup:
Pengalaman menulis dan berinteraksi dengan karya sastra merupakan cerita yang sebenar nya tidak berujung. Setiap tulisan adalah langkah baru menuju pemahaman diri dan dunia di sekitar kita. Melalui kata-kata, kita dapat menuangkan isi hati dan pikiran menjadi sebuah karya tulis.
Saya berharap bahwa melalui tulisan ini, siapapun yang membaca dapat merasakan betapa indahnya dunia sastra dan terinspirasi untuk membaca dan membuat karya sastra. Mari kita terus berkarya dan berbagi cerita karena setiap kisah layak untuk diceritakan! walau sebenarnya karya tulis saya hanya untuk bacaan saya pribadi.