Sehari Menjalani Puasa Nisfu Syaban
Hari ini adalah hari Jumat yang bertepatan dengan puasa Nisfu Syaban, salah satu puasa yang dijalani umat islam sebelum memasuki bulan Ramadan.
Saya terbangun lebih awal dari yang direncanakan. Saat melihat jam, ternyata masih pukul 01.00 dini hari, padahal saya berniat bangun pukul 02.30 untuk sahur. Karena sudah terlanjur bangun, saya memutuskan untuk langsung memasak. Sendirian di dapur, saya menggoreng ayam dan menumis sayur sebagai menu sahur. Tidak butuh waktu lama, makanan pun siap, dan saya makan dengan tenang sebelum waktu subuh tiba.
Setelah sholat Subuh, saya tidak langsung tidur lagi. Mengingat tidak ada perkuliahan pagi ini karena dosen saya berhalangan hadir, saya memanfaatkan waktu kosong tersebut dengan menonton. Dari satu tayangan ke tayangan lainnya, saya baru tersadar sudah pukul 11.40. Saat itu, saya teringat tugas mata kuliah Membaca Sastra dari Pak Lazarus. Saya pun mulai mencari dan membaca puisi dari beberapa angkatan serta mencoba memahami makna yang terkandung di dalamnya.
Waktu berjalan begitu cepat, dan tanpa terasa sudah pukul 15.00. Saya memutuskan untuk mulai memasak makanan berbuka puasa. Kali ini, saya memilih untuk memasak ayam kecap. Setelah selesai, saya keluar rumah dengan niat membeli makanan tambahan. Awalnya, saya ingin membeli pisang keju di depan gerbang UPR, tetapi ternyata penjualnya tidak berjualan hari ini. Akhirnya, saya menggantinya dengan membeli terang bulan dan es teh sebagai minuman pelengkap berbuka.
Tepat pukul 17.47, waktu berbuka pun tiba. Berbeda dengan saat sahur yang saya jalani sendirian, kali ini saya berbuka bersama kakak laki-laki saya. Saya merasa sangat senang karena ada yang menemani makan dan mengobrol ini mengobati sedikit rindu terhadap orang tua karena biasanya selalu berbuka bersama dengan mereka. Kehangatan kebersamaan kakak ini membuat momen berbuka terasa lebih spesial.